Menggugat Pancasila (5)



#Sila ke-5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima dari Pancasila pada hakikatnya adalah manifestasi dari paham nasionalisme yang bertentangan dengan Islam. Pada umumnya orang Indonesia menganggap bahwa paham nasionalisme itu sejalan dengan Islam, karena mencintai tanah air, bangsa, dan negara dianggap sebagai bagian dari iman. Benarkah demikian?


Firman Allah Ta’ala:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa - bangsa supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat [49] : 13)

Allah Ta’ala menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa itu hanya untuk saling mengenal, bukan untuk saling bekerja sama mengingkari syariat Allah Ta’ala. Sementara nasionalisme akan membawa kita untuk menganggap biasa bekerja sama dengan orang-orang kafir dalam bermaksiyat kepada Allah Ta’ala. Dengan demikian, nasionalisme tetap bertentangan dengan Islam.

Konsep keadilan sosial dalam Islam sangat berbeda dengan konsep dalam Pancasila. Konsep keadilan sosial dalam Islam sepenuhnya bersumber dari ketaqwaan kepada Allah semata, semua bentuk keadilan sosial tidak boleh menyimpang dari konsep Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, tujuan keadilan dalam Islam untuk menciptakan kebahagian bagi seluruh umat manusia di dunia, tidak terbatas pada teritorial suatu daerah ataupun bangsa saja.

Sedangkan konsep keadilan sosial dalam Pancasila bersumber dari sifat-sifat manusiawi, segala sesuatu dipandang baik atau buruk diukur dengan karsa dan rasa manusia, bukan pada wahyu yang diturunkan Allah Ta’ala. Seperti perzinaan (pelacuran) dan perjudian yang diizinkan oleh manusia-manusia berideologi Pancasila (terbukti dengan dilokalisasikannya komplek-komplek PSK oleh Pemerintah) demi untuk tersalurnya kebutuhan nafsu manusia, karena berhubungan seks dengan pasangan di luar nikah dipandang sebagai kebutuhan pokok manusia. Sedangkan hukuman potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina, dan yang lainnya ditinggalkan karena dianggap bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.

Keadilan sosial dalam Pancasila terbatas untuk rakyat yang berdomisili di Indonesia saja, diprioritaskan terutama untuk bangsa Indonesia, walaupun orang itu kafir. Sedangkan Islam selalu memberikan prioritas pertama pada pemeluknya walau dimana pun tempatnya, Islam tidak terbatas pada teritorial. Jelaslah pertentangan sila kelima dengan Islam, perbedaannya dari tujuan maupun awalnya, Islam menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh dunia, sedangkan Pancasila terbatas pada wilayah Indonesia.


Kesimpulan

Setelah kita menganalisis isi atau kandungan dari Pancasila secara menyeluruh, kesimpulan terakhir yang kita peroleh adalah nilai-nilai Pancasila cenderung bertentangan dengan Islam. Demikian pula secara fundamental, sistem Pancasila berdasarkan sistem jahiliyah, maka secara otomatis semua produk turunannya adalah jahiliyah.

Umat Islam di Indonesia selama ini salah paham karena menganggap bahwa dengan adanya ayat-ayat Allah pada sila dan butir-butir Pancasila maka Pancasila sesuai dengan ajaran Islam, padahal semua itu adalah taktik para elit politik dan oknum ulama yang nakal untuk menenangkan umat Islam agar Pancasila tidak dikatakan bertentangan dengan Islam. Mereka yang mengondisikan agar Pancasila seolah-olah sesuai dengan ajaran Islam itulah yang disitir oleh Allah Ta’ala sebagai anjing, karena mereka mengetahui ayat-ayat dalam Al-Quran tetapi “menjual”-nya dengan harga murah untuk mendapatkan jabatan, kedudukan, atau gaji dari pemerintah. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf [7]: 176) 

Umat Islam harus waspada dan berhati-hati dengan perbuatan seperti itu, walau bagaimana pun yang haq (benar) itu tidak akan tercampur dengan yang bathil (salah), yang haq pasti haq karena bersumber dari yang haqpula, dan sebaliknya. Seandainya yang bathilada persamaan dengan yang haq, maka hal itu tetap bathil, walau kelihatannya haq. Demikian juga dengan Pancasila, walaupun  disusupi ayat-ayat Al-Qur’an, pasti tetap bathilkarena dasarnya sudah bathil.






http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com