Pada tulisan yang lalu kita sudah membahas pendapat para ulama ahli tafsir tentang tafsir atau makna huruf Alif Lam Mim yang terdapat dalam beberapa surat di Al-Qur’an. Sekarang, kita akan mencoba menggunakan kaidah utama dan pertama dalam menafsirkan Al-Qur’an sebagaimana yang telah dijelaskan Ibnu Katsir, yakni menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an. Menurut as-Suyuthi, pendapat yang tepat adalah bahwa Alif Lam Mim termasuk ayat mutasyabih (samar) yang mengandung rahasia Allah yang maknanya hanya diketahui oleh-Nya. (Rujukan: Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1974, juz 1, hal. 190).
Jika “alif lam mim” adalah pesan rahasia atau pesan tersandi (chipertext), berarti pesan aslinya (plaintext) sudah melalui proses enkripsi. Oleh karena itu, untuk dapat memahami pesan aslinya, kita akan melakukan proses dekripsi terhadap pesan tersebut. Untuk melakukan dekripsi terhadap pesan rahasia, tentu kita membutuhkan kunci (key) atau algoritma enkripsi. Karena kita akan menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an lainnya, maka kemungkinan besar kuncinya ada dalam Al-Qur’an itu sendiri. Mari kita cari dulu kuncinya.
Bicara soal kunci, kunci pesan yang terenkripsi bisa berupa angka. Di dalam Al-Qur’an ada banyak sekali disebutkan tentang angka, tapi di antara angka 1 sampai dengan 99 pasti ada satu angka yang sudah Allah Ta’ala singgung bahwa angka tersebut akan menjadi bukti kebenaran. Angka yang kemungkinan menjadi kunci itu adalah 19 (sembilan belas), sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Neraka Saqar adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan (sembilan belas) itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin, dan supaya orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" ….. (TQS Al-Mudatsir [74]: 29-31)
Coba perhatikan ayat tersebut. Jelas di sana disebutkan bahwa angka 19, Allah maksudkan: supaya menjadi bukti kebenaran bagi orang-orang kafir yang mengingkari Al-Qur’an; supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin; supaya orang yang beriman bertambah imannya; dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu.
Sekarang kita aplikasikan kunci (19) dengan pesan tersandinya. Kita hitung jumlah huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Mim’ dalam surat Al-Baqarah, Alif total 4.502 huruf. Lam total 3.202 huruf. Mim total 2.195 huruf. Jumlah huruf-huruf tersebut adalah 9.899 Lalu kita cek korelasi jumlah huruf tersebut dengan angka kunci yang sudah kita peroleh yakni 19.
Jika angka 9.899 dibagi dengan 19, maka hasilnya adalah angka bulat, tidak desimal, yakni 521. Secara matematis bisa dituliskan:
9.899 : 19 = 521
Jadi jelas jumlah huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Mim’ dalam surat Al-Baqarah merupakan merupakan kelipatan 19.
“Lalu apa istimewanya dengan hasil pembagian yang merupakan bilangan bulat positif?” Bayangkan jika surat Al-Baqarah tanpa salah satu huruf tersebut, apakah hasil penjumlahan huruf-hurufnya akan memiliki korelasi dengan angka 19? Tentu tidak, tanpa salah satu huruf tersebut, jumlah huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Mim’ tidak akan memiliki hubungan dengan angka 19 karena hasil pembagiannya tidak bulat atau pasti berupa angka desimal.
Selanjutnya kita perlu menguji hubungan angka 19 dengan huruf-huruf muqatha’ah pada surat-surat lainnya. Secara ringkas, hasil hitung-hitungan jumlah huruf muqatha’ah dan kaitan dengan angka 19 dapat kita sajikan pada tabel berikut:
Dari tabel tersebut jelas sudah terbukti bahwa huruf-huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an memiliki pola yang sama, yakni jumlah hurufnya dapat dibagi dengan angka 19 dan menghasilkan angka yang bulat utuh atau tidak berkoma (desimal).
Nah, sampai di sini apakah anda sudah dapat membaca pesan asli (plaintext) dari huruf-huruf muqatha’ah? Belum??
Sama, saya juga belum. Namun, setidaknya sekarang kita sudah bisa mengambil hikmah dari huruf-huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an. Pesan tersandi dari Allah tersebut merupakan bukti nyata bahwa tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang mampu memecahkan kode rahasia tersebut. Kode-kode tersebut dibuat oleh Allah dan hanya Allah saja yang bisa memecahkan sandinya, hanya Allah yang tahu, karena Allah Maha Mengetahui. Terbukti benar firman Allah Ta’ala:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (TQS. Al-Hadid [57]: 3)
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya - dan pasti kamu tidak mampu membuatnya -, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 23-24)
Mustahil Al-Qur’an dibuat oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak bisa baca dan tulis, tidak mengerti huruf arab, apalagi kriptografi. Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa menghitung berapa jumlah huruf alif dalam surat Al-Baqarah, tetapi bisa menyebutkan huruf-huruf muqatha’ah secara tepat dengan jumlah yang tepat dan sangat akurat. Itu berarti, penyebutan huruf-huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an bukanlah ide Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi asli firman Allah Ta’ala.
Tidak ada satu pun manusia, yang paling cerdas di dunia sekali pun, yang mampu membuat chipertext yang sangat canggih seperti huruf-huruf muqatha’ah. Hanya Allah saja yang mampu membuat pesan tersandi secanggih itu. Al-Qur’an pasti bukan buatan manusia, karena mengandung pesan rahasia yang sangat canggih. Oleh karena itu, Al-Qur'an pasti dibuat oleh Allah Ta’ala, Pencipta alam semesta, Yang Maha Mengetahui. Allah yang menciptakan pesan, melakukan enkripsi, mengetahui kunci, dan mengetahui makna sebenarnya, sementara manusia hanya bisa menebak-nebak saja. Tidak ada satu pun kitab suci di muka bumi yang mengandung kalimat tersandi atau kode rahasia yang sangat canggih seperti Al-Qur’an.
Dengan demikian, bila dibandingkan dengan kitab-kitab agama lain, hanya Al-Qur’an saja yang bisa dijadikan pegangan dan standard kebenaran.