Setiap orang pasti menginginkan masa depan yang lebih baik. Apa arti masa depan bagi kita? Masa depan yang bagaimana yang kita inginkan? Jadi kaya raya belum pasti, punya jabatan tinggi juga belum tentu, lalu apa yang pasti? Masa depan yang pasti bagi kita adalah mati, karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Sudahkah kita mempersiapkan kematian kita dengan baik? Jangan kira setelah manusia mati semua masalah akan berakhir. Setelah kita mati, jasad kita akan dikubur, dan jasad kita akan hancur. Lalu apa yang terjadi setelah kita mati dan jasad kita hancur?
Allah Ta’ala berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (TQS. Ali Imran [3]:185)
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah Ta’ala bahwa semua makhluk bernyawa yang Dia ciptakan pasti akan mati. Setelah Allah mematikan manusia, Allah akan membangkitkan kembali manusia seperti semula. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (TQS. Yaasin [36]: 78-79).
Meski telah Allah tegaskan bahwa Allah akan menyusun kembali tulang belulang manusia yang sudah remuk, tetap saja banyak manusia yang ingkar. Sebagian manusia bertanya, bagaimana caranya tulang belulang yang sudah remuk bisa dibentuk kembali? Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam menjelaskan:
“Tubuh manusia akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat” (HR. Bukhari No.4935)
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam bersabda,
“Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali.” (HR. Muslim No.2955)
Jadi, berdasarkan sabda Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam tersebut, jelaslah bahwa setelah jasad manusia hancur, hanya ada satu bagian (bisa berupa sel atau jaringan) tulang ekor kita yang akan tetap bertahan.
Selama 1.400 tahun hadits tersebut menjadi misteri yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan logika manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari.
Han Spemann, seorang ilmuwan dari Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran pada tahun 1935, membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Dari tulang ekorlah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya Han memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embryo organizer atau pengorganisir pertama.
Pada saat sperma membuahi sel telur (ovum), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.
Pertama, external epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.
Sedangkan lapisan kedua, internal hypoblast telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya.
Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana). Dari sinilah beberapa unsur dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk.
Ectoderm membentuk kulit dan sistem syaraf pusat. Mesoderm membentuk otot halus sistem pencernaan (digestive), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin dan sistem urin (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa, dan kulit luar. Sedangkan endoderm membentuk lapisan pada sistim pencernaan, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistem pencernaan (seperti hati dan pankreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang disebut sebagai tulang ekor.
Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada organ tamu (guest body). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak hancur.
Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama 10 menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang histologi dan pathologi di Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.
Seorang pakar, Jamil Zaini, mengatakan bahwa tulang ekor berfungsi sebagai perekam data yang merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energi positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energi negatif atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya.
Fungsi sel tulang ekor dalam merekam data mengingatkan saya pada kotak hitam (black box). Pada setiap pesawat terbang, kotak hitam selalu ditempatkan pada bagian ekor pesawat, karena posisi itu yang paling aman ketika terjadi kecelakaan. Begitu pula pada tubuh manusia, rekaman data selama manusia hidup disimpan di bagian ekor. Sama fungsinya dengan sel tulang ekor, kotak hitam pesawat juga menyimpan data, data penerbangan, tetapi sel tulang ekor buatan Allah Ta’ala jauh lebih canggih daripada black box buatan manusia.
Black box buatan manusia bisa mengalami kerusakan saat terjadi kecelakaan pesawat, sementara sel tulang ekor buatan Allah Ta’ala tetap utuh meski alam semesta hancur saat kiamat. Dari sel tulang ekorlah, jasad manusia akan dirakit menjadi utuh kembali setelah alam semesta hancur dalam peristiwa kiamat, karena sel tulang ekor merekam data perilaku manusia selama hidup, maka balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar dan manusia akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal masing-masing.
Bayangkan, seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, bisa mengatakan bahwa dari tulang ekor, manusia akan dirakit kembali setelah jasadnya hancur lebur. Dan baru setelah 1.400 tahun kemudian pernyataan Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam tersebut terbukti benar secara ilmiah. Jelas itu adalah bukti bahwa seluruh perkataan Rasulullah adalah benar 100%.
Sungguh kasihan sekali manusia yang tidak mau percaya dan yakin dengan perkataan-perkataan Rasululah shallallâhu alaihi wa sallam padahal sudah jelas sekali semua perkataan Rasul adalah kebenaran yang tak terbantahkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Akan Kami tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami pada alam dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (TQS. Fushshilat [41]: 53).
Setelah kita mati, lalu dibangkitkan kembali menjadi manusia yang utuh, kita akan berhadapan dengan yaumul hisab. Apa itu yaumul hisab, akan kita bahas pada tulisan berikutnya.